Perputaran roda kehidupan terus bergulir dengan
cepatnya. Sehingga tiada terasa telah mengantarkan umat manusia dari tatanan
kehidupan tradisional ke tatanan hidup yang lebih modern. Sering kita sebut
wacana baru ini sebagai Globalisasi. Cepatnya alat komunikasi,tarnsportasi dan
informasi membuat aneka ragam pesan mampu disampaikan dalam hanya hitungan
menit bahkan detik.
Apabila kita menelisik lebih jauh makna dari
globalisasi adalah majunya zaman menjadi serba instan. Memang banyak pro kontra
akan hal ini. Apabila bumi,zaman sudah memasuki era globalisasi entah suatu
kemajuan atau kemunduran. Tapi yang pasti, masyarakat menjadi terbiasa dengan
budaya instan. Tentu sama dengan halnya sebuah perkara lainnya. Setiap perkara
memiliki aspek postif dan negatifnya.
Globalisasi yang identik dengan masuknya budaya
barat dengan masif nya sering kali malah dijadikan apologi bagi sebagian
kalangan untuk menutupi kekurangan mereka. Contoh, seseorang yang jelas jelas
menentang barat dan mengkafirkan orang muslim yang mengikutinya. Saya pikir
terlalu naif apabila kita berparadigma seperti itu. Apa yang salah dengan
budaya barat? Apabila yang tidak bisa memfilternya adalah kita. Mungkin bagian
ini bisa dimasukan kedalam sisi negatifnya dari era globalisasi.
Sisi negatif tentu saja bukan menajdi
penghambat para pemuda islam yang seyogyanya bergerak dalam era ini. Bukan
untuk memerangi saya pikir, namun, bagaimana mampu mengambil peran di tengah
era ini. Tetap menjadi pemuda yang open minded, mampu menghargai perbedaan,
mampu sadar akan kemajuan zaman. Serta tidak melupakan ruh islam yang rahmatan
lil alamin, tetap menjunjung tinggi iman,islam, dan ikhsan.
Lalu apa yang bisa dilakukan sebagai pemuda
muslim ditengah era globalisasi ini? Pertanyaan yang mungkin sama dibenak para
pemuda saat ini. Di tengah kondisi moral masyarakat yang mulai turun. Namun,
kita tetap harus bisa bersikap arif dalam memfilter ilmu. Seringkali pemuda
islam malah salah berfikir. Pemuda islam fundamentalis contohnya, yang
menentang globalisasi yang biasa di bekengi oleh amerika. Sehingga ia membenci
amerika. Dan melakukan jihad bom diri sebagai jalan menuju surganya Allah. Saya
fikir Allah pun tidak pernah menyuruh kita sebagai umat muslim untuk saling
membunuh. Allah tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa jihad melalui bom bunuh
diri akan dijamin surga.
Pemuda islam saat ini terlalu miris keadaannya.
Segmentasi tersebut mampu dibelah menjadi dua secara nyata. Beriman-tapi salah
pengertian. Tidak beriman-dan tidak mau tau. Menjadi penyakit didalam tubuh
islam sendiri. Menjadi tugas bagi seluruh pemuda untuk mengembangkan islam.
Namun, melihat realitas yang ada? Apakah masih bisa pemuda saat ini dijadikan
jaminan akan membawa islam ke arah yang lebih baik.
Pemuda di tengah globalisasi harusnya mampu
melihat peluang, berjihad lah sesuai dengan logika apabila tidak suka dengan
amerika. Karena, mereka berperan dalam globalisasi dengan logika. Tancapkanlah
islam sebagai landasan utama dihati dan fikiran apabila memang islam lah yang
kau yakini sebagai agent perubahan zaman. Masuklah dalam seluruh lapisan
masyarakat dengan sadar akan kebutuhannya. Ambilah peran dari semua lini,
dengan terus saling mengingatkan amar ma’ruf nahi mungkar sesama umat muslim.
Dan tunjukanlah pergulatan yang elegan apabila memang rasa kompetisi mampu
membakar semangat jihad.
Bukan penulis tidak yakin akan apa yang terjadi
didalam tubuh islam. Namun, pemuda adalah tonggak bangsa. Pemuda yang
seharusnya mampu menjadi figure islam, yang mapu berdiri di barisan paling
depan dengan segenap ilmu. Yang mampu tampil elegan ditengah permasalahan.
Bukan malah yang menghujat globalisasi dan amerika. Bukan yang melakukan hal
bodoh dengan bom bunuh dirinya. Hidup akan jauh lebih bermakna, dan akan lebih
mampu melakukan kontribusi banyak untuk islam apabila saat ini pemuda yang
telah mati karena bom bunuh diri masih berdiri disni sebagai pilar islam. []
0 komentar:
Posting Komentar