Kamis, 21 Juni 2012

Pemuda Islam di tengah Globalisasi


Perputaran roda kehidupan terus bergulir dengan cepatnya. Sehingga tiada terasa telah mengantarkan umat manusia dari tatanan kehidupan tradisional ke tatanan hidup yang lebih modern. Sering kita sebut wacana baru ini sebagai Globalisasi. Cepatnya alat komunikasi,tarnsportasi dan informasi membuat aneka ragam pesan mampu disampaikan dalam hanya hitungan menit bahkan detik.
Apabila kita menelisik lebih jauh makna dari globalisasi adalah majunya zaman menjadi serba instan. Memang banyak pro kontra akan hal ini. Apabila bumi,zaman sudah memasuki era globalisasi entah suatu kemajuan atau kemunduran. Tapi yang pasti, masyarakat menjadi terbiasa dengan budaya instan. Tentu sama dengan halnya sebuah perkara lainnya. Setiap perkara memiliki aspek postif dan negatifnya.
Globalisasi yang identik dengan masuknya budaya barat dengan masif nya sering kali malah dijadikan apologi bagi sebagian kalangan untuk menutupi kekurangan mereka. Contoh, seseorang yang jelas jelas menentang barat dan mengkafirkan orang muslim yang mengikutinya. Saya pikir terlalu naif apabila kita berparadigma seperti itu. Apa yang salah dengan budaya barat? Apabila yang tidak bisa memfilternya adalah kita. Mungkin bagian ini bisa dimasukan kedalam sisi negatifnya dari era globalisasi.
Sisi negatif tentu saja bukan menajdi penghambat para pemuda islam yang seyogyanya bergerak dalam era ini. Bukan untuk memerangi saya pikir, namun, bagaimana mampu mengambil peran di tengah era ini. Tetap menjadi pemuda yang open minded, mampu menghargai perbedaan, mampu sadar akan kemajuan zaman. Serta tidak melupakan ruh islam yang rahmatan lil alamin, tetap menjunjung tinggi iman,islam, dan ikhsan.
Lalu apa yang bisa dilakukan sebagai pemuda muslim ditengah era globalisasi ini? Pertanyaan yang mungkin sama dibenak para pemuda saat ini. Di tengah kondisi moral masyarakat yang mulai turun. Namun, kita tetap harus bisa bersikap arif dalam memfilter ilmu. Seringkali pemuda islam malah salah berfikir. Pemuda islam fundamentalis contohnya, yang menentang globalisasi yang biasa di bekengi oleh amerika. Sehingga ia membenci amerika. Dan melakukan jihad bom diri sebagai jalan menuju surganya Allah. Saya fikir Allah pun tidak pernah menyuruh kita sebagai umat muslim untuk saling membunuh. Allah tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa jihad melalui bom bunuh diri akan dijamin surga.
Pemuda islam saat ini terlalu miris keadaannya. Segmentasi tersebut mampu dibelah menjadi dua secara nyata. Beriman-tapi salah pengertian. Tidak beriman-dan tidak mau tau. Menjadi penyakit didalam tubuh islam sendiri. Menjadi tugas bagi seluruh pemuda untuk mengembangkan islam. Namun, melihat realitas yang ada? Apakah masih bisa pemuda saat ini dijadikan jaminan akan membawa islam ke arah yang lebih baik.
Pemuda di tengah globalisasi harusnya mampu melihat peluang, berjihad lah sesuai dengan logika apabila tidak suka dengan amerika. Karena, mereka berperan dalam globalisasi dengan logika. Tancapkanlah islam sebagai landasan utama dihati dan fikiran apabila memang islam lah yang kau yakini sebagai agent perubahan zaman. Masuklah dalam seluruh lapisan masyarakat dengan sadar akan kebutuhannya. Ambilah peran dari semua lini, dengan terus saling mengingatkan amar ma’ruf nahi mungkar sesama umat muslim. Dan tunjukanlah pergulatan yang elegan apabila memang rasa kompetisi mampu membakar semangat jihad.
Bukan penulis tidak yakin akan apa yang terjadi didalam tubuh islam. Namun, pemuda adalah tonggak bangsa. Pemuda yang seharusnya mampu menjadi figure islam, yang mapu berdiri di barisan paling depan dengan segenap ilmu. Yang mampu tampil elegan ditengah permasalahan. Bukan malah yang menghujat globalisasi dan amerika. Bukan yang melakukan hal bodoh dengan bom bunuh dirinya. Hidup akan jauh lebih bermakna, dan akan lebih mampu melakukan kontribusi banyak untuk islam apabila saat ini pemuda yang telah mati karena bom bunuh diri masih berdiri disni sebagai pilar islam. []

0 komentar:

Posting Komentar