Senin, 23 September 2013

Rumah Tak Berpintu

3 tahun lebih sudah saya hidup dan besar di sebuah -keluarga- yang sangat gila. Saya juga heran sih, kenapa "rumah tanpa pintu" itu menjadi begitu nyaman saya singgahi selama tiga tahun ini. Bahkan jauh lebih nyaman daripada rumah simbah yang di gunungkidul, bahkan di kos-kosan.

3 tahun ini rumah tak berpintu itu, menjadi saksi sejarah. Tidak hanya tentang orang-orangnya, tapi juga dari aroma; aroma adalah salah satu bagian yang paling bisa menghubungkan saya dengan suatu kenangan, singkat kisah. aroma di rumah tak berpintu itu menjadi saksi bisu juga dalam sejarah  yang sedang saya rangkai ini.

Bau tumpukan koran, bau abu rokok, bau gorden yang selama 3 tahun juga itu enggak pernah di cuci. bau lantainya, spidol, papan tulisnya, seluruh nya.

Ditengah ketiga tahunan saya di rumah tak berpintu ini, sebenarnya banyak sekali yang mau saya ceritakan. Namun, semuanya masih terhenti di memori otak saya yang lain. Izinkan saya menyelesaikan misi terakhir dulu di rumah tak berpintu ini. Setelah itu, saya pasti melanjutkan kisah ini.

"RUMAH TAK BERPINTU"-

Senin, 02 September 2013

Realitas yang masih belum akur sama cita-cita

Pernah sekali waktu saya berfikir bawah hidup tak perlu dijalani terlalu serius. Namun, kadang teori itu terpatahkan begitu saja ketika realitas kehidupan terus melindas. 

Saya selalu bisa bersemangat ketika mengawali sesuatu, lalu merasa bosan di pertengahan, dan menyesali pencapaian yang kurang memuaskan diakhir cerita. Intinya sih, saya kadang mikir. Hidup itu enggak sulit sulit amat kok buat dijalanin. Tapi, ternyata enggak segampang gambar pemandangan waktu SD sih.. Jadi, setiap fase pasti mempunyai pelajaran sendiri.

Di awal september ini. Tepatnya sudha tanggal dua. Saya memasuki masa injury time masa akademik. Mungkin bagi sebagian orang "sejenis" saya, semester tujuh bukan kendala. Kalau kata temen saya. "santaai aja lah. belanda masih jauh" paparnya dengan raut wajah serius. Tapi bagi saya, ini lain.

Menjadi lain ketika, kamu punya cita-cita yang berlarian, berkrjaran bahkan dengan realitas yang terus melindas. Kehidupan kemudian bergegas. sreet.. srreeet.. kalau kata pacar saya ler eset  yang dalam kamus bahasa pacar saya artinya: cekatan.

Sesungguhnya sih masih banyak sekali mimpi yang ingin saya raih, kemudian bisa menjadi cerita buat besok pasukan alit saya. Uhm... *saya bingung mau nulis apa*

Semestinya sih injury time ini enggak saya lewatkan begitu saja. Saya harus lebih realistis lagi. Realistis disini bukan soal lulus cepet dan segala tetek bengeknya. Tapi mencoba membuat orang -yang menjadi tanggung jawab saya- merasa realistis tentang hidup.

Semester tujuh. Tujuh ya..
saya masih mau main-main. jalan-jalan.

*ditulis di ujung malam,
song: Urban Zakapa
drink: clean water