Universitas diwajibkan membeli ‘CERMIN’
Akhir desember kelak akan menjadi ajang penentu siapa jendral yang mampu membawa pasukan batalyon UIN sunan kalijaga ini dalam ranah kehidupan miniature negara. Berbagai student government sudah dipaparkan seiring pertumbuhan berbagai UKM yang ada di UIN sunan kalijaga, bisa dikatakan kehadiran UKM dan filosofi intergrasi interkoneksi yang diusung oleh kampus kita yang tercinta ini membuat element kampus siap pada krtik dan respon menjelang pemilwa yang penuh dengan kejutan. Tidak hanya sampai disini, berbagai pergerakan yang memang telah muncul sejak jaman IAIN hingga transformasi ke UIN tetap menunjukan eksistensinya. Dari tahun ketahun pun tetap ada kaum mayoritas, pihak oposisi,opurtunis,bahkan apatis sebagai lakon dalam drama pemilwa.
Namun, hingga saat ini pemilwa menjadi moment yang unpredictable, semua element kampus menjadi tidak bias ditebak, yang baik menjadi licik, yang licik jadi baik, semua jadi terbalik balik. Semua seperti saling perang dingin dan saling menyembunyikan sikap nya masing masing, Kondisi ini sudah terasa dari 1 bulan sebelum acara puncak dimulai, banyak wacana yang timbul diberbagai element kampus, berbagai strategi mulai banyak terbaca keculasannya. Bagi mahasiswa yang tergolong “kupu-kupu” mungkin tidak terlalu berpengaruh pada dirinya. Ini disbabkan oleh buruknya student government yang ditanamkan oleh pihak kampus. Wawasan intergrasi interkoneksi pun sepertinya belum bisa benar benar diterapkan. Konsep yang matang belum tentu siap diletakkan kepada para element kampus yang buta akan social dan Cuma penuh dengan doktrin yang keliru. Sedangkan pada pihak mahasiswa yang aktif bersinggungan dengan birokrat kampus menjadi lebih licik dalam menyikapi birokrat kampus yang lincah berkelit. Media penengah pun yang semula harusnya menjadi control social malah berkurang keobjektifannya, hal ini tetap terpengaruh oleh kepentingan organisasi maupun individu. Sikap sikap yang muncul seperti ini sebenarnya salah satu prestasi. Karena ternyata pembentuk dan otak dari kondisi seperti ini berhasil membuat suasana menjadi kebalik kebalik. Tidak boleh dilupakan kejadian seperti ini tidak serta merta timbul dari individu, tapi juga ada yang mempetakan agar suasana menjadi lebih berwarna, berbagai pihak yang terkait ini mungkin terlalu sibuk dengan ambisi masing masing menjadi pemenang, melupakan rasional, mengkesampingkan kepekaan yang selama ini mereka agung agungkan. Bahwa dibalik ini semua ada yang mengendalikan. Cukup mengherankan ketika ada krancuan pada kebijakan pemerintah, seakan akan kaum kaum tersebut bergandengan tangan menjadi pihak kontra akan kebijak tersebut, mereka meneriakan anti korupsi,nepotisme,penindasan, dll. Menuntut akan transparasi kebijakan,dan pro rakyat dan pro demokrasi. Tapi, bila ditilik lagi dengan apa yang mereka implementasikan pada miniature Negara ini sangat tidak relevan. Sepertinya semua apa yang mereka elu elukan terbuang sia sia saat kepentingan individu dan kepentingan organisasi menjadi prioritas. Hal ini sangat lucu, berhasil menghibur.
Sepertinya kita musti sama sama membeli cermin yang besar, yang dapat merefleksikan diri kita secara utuh dan jujur, tidak terlewat sedikitpun. Karena hakikat cermin adalah begitu. Menilik lagi sejauh mana peran kita sebagai generasi bangsa memberi kontribusi pada keutuhan Negara kita tercinta ini. Pun kita harus saling bahu membahu membenahi segala keganjilan ini. Jangan sampai sikap nasionalisme hanya dielu elukan pada moment tertentu. Mari kita bercermin lagi, semoga kita bukan kaum. Kaum munafik.
0 komentar:
Posting Komentar