Rabu, 15 Desember 2010

Aspirasi yang tak lagi berujung pangkal.

Aspirasi yang tak lagi berujung pangkal.

                Sebagai Mahasiswa kita memang harus kritis dalam menanggapi hal sekitar. Kritis social perlu ditingkatkan dalam penjabaran student government yang pasti ada di lingkungan kampus. Penanaman ideology dan kepekaan social memang wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa.
                Kritis social dapat diimplementasikan dengan sebuah aspirasi. Namun, demokrasi dalam beraspirasi ini sering disalah artikan oleh banyak mahasiswa. Berbagai aksi dilakukan untuk mengkritisi suatu kebijakan baik kebijakan kampus maupun kebijakan pemerintah. Tak jarang aksi berakhir anarki. Mahasiswa masih belum bisa mengendalikan emosinya.
                Saya pikir ada baiknya kita semua dapat mengarifi suatu masalah. Tidak ada yang salah dengan aksi. Namun, mari kita telaah lagi baik buruknya, lebih banyak mana antara manfaat dan kerugiannya. Apabila kita melakukan aksi tidak banyak orang yang bisa menangkap aspirasi kita. Malah, banyak pihak pihak yang merasa dirugikan oleh aksi kita, Jalanan jadi macet, nama baik kampus pun jadi sedikit tercoreng. Mungkin maksud kita baik, tapi siapa yang mau mengerti maksud baik kita apabila itu dilakukan dengan cara yang tidak begitu berkenan.Tidak bisa dipungkiri masih banyak paradigm negative untuk hal demonstrasi ini. Dengan demonstrasi pun kita banyak mengeluarkan energy.
                Boleh dibilang apa gunannya demonstrasi yang kita selenggarakan kalo hanya segelintir orang yang mendengar nya? Tidak bisa dipungkiri juga bahwa demonstrasi kita tidak aka nada artinya apabila tidak ada media massa yang meliput dan menyuguhkan kepada halayak luar maksud kita dalam berdemonstrasi.
                Kalau sama sama masuk media massa, dengan maksud dan tujuan yang sama. Lebih baik mana kalau kita masuk media massa tapi karena kita membuat rusuh pada saat demonstrasi atau pada saat aspirasi kita di muat oleh media massa dalam bentuk tulisan. Setiap surat kabar hampir kira kira mencetak 40.00 ekslempar, kalau saja 50 % dari masyarakat membeli dan membaca surat kabar tersebut dan aspirasi kita dapat diterima dengan baik. Bukankah itu lebih baik dari pada kita berteriak teriak di jalanan yang hanya 5-6 orang yang mendengar suara kita,supaya kita bisa terlihat gagah di jalan?. Saya pikir ini aspirasi yang tidak berujung pangkal.
                Sebagai Mahasiswa baiknya kita bisa lebih bijak dalam merespon suatu masalah dan bisa mengarifinya dengan tindakan yang mencerminkan intelektual bangsa.
               

0 komentar:

Posting Komentar